Feststellungsprüfung adalah ujian kualifikasi di Studienkolleg untuk masuk ke perguruan tinggi. Aku sudah melaluinya Januari atau Februari yang lalu. Saking lamanya sampai-sampai aku sudah lupa rasanya.
Kali ini aku akan sharing tentang Feststellungsprüfung di Studienkolleg Hannover. Setiap peserta ujian mengerjakan 3 mata ujian di 3 hari yang berbeda. Tentu saja bahasa Jerman adalah mata ujian wajib, kecuali bagi peserta yang memiliki sertifikat setara C1 dan mengajukan agar tidak mengikuti ujian. Selain bahasa Jerman, mata ujian lainnya berbeda-beda tiap jenis Kurs di Studienkolleg, yaitu sebagai berikut:
M-Kurs: Matematika/Fisika, Kimia/Biologi (pilihan peserta)
T-Kurs: Matematika, Fisika/Kimia
W-Kurs: Matematika, Ekonomi
G-Kurs: Sejarah, Deutsche Literatur/Sozialkunde, dan Bahasa Asing (untuk S-Kurs)
Saat itu aku mengambil ujian bahasa Jerman dan memilih matematika serta kimia. Tentu saja setiap orang memiliki pertimbangan masing-masing untuk memilih mata ujian, tapi sebenarnya yang paling menentukan adalah faktor nilai. Nilai Feststellungsprüfung memiliki bobot sebesar 50% dari nilai yang akan tertera di Zeugnis. Di Studienkolleg Hannover, 50% lainnya adalah nilai dari Klausuren di Obersemester/Semester 2. Karena itu pula aku memilih kimia daripada biologi. Saat itu nilai kimiaku 2 (gut) sedangkan biologi 1 (sehr gut). Nilai 1 tidak bisa jadi lebih baik lagi, tapi aku memiliki kesempatan untuk memperbaiki nilai 2-ku.
Tapi aku juga memiliki teman dari Kurs lain, yang memiliki pertimbangan yang berbeda juga. Saat itu dia harus memilih salah satu mata ujian, dimana dia memiliki nilai 3 (befriedigend) dan 4 (ausreichend). Aku pikir dia akan mengambil mata pelajaran, yang memiliki nilai 4, tapi ternyata sebaliknya. Dia mengambil yang nilainya 3 karena dia tidak tau apakah dia masih bisa mendapatkan nilai 4 di mata pelajaran yang satunya misalkan dia mengambilnya di ujian. Jadi kita bisa lihat bahwa setiap orang memiliki pertimbangannya masing-masing.
Trus bagaimana kalau nilainya sama? Ya mudah saja, pilih mata ujian mana yang kamu lebih yakin. Tapi saat itu untukku tidak mudah memilih antara matematika dan fisika, karena aku bisa mengerjakan keduanya dengan baik. Sebenarnya di Studienkolleg aku sedikit lebih baik di fisika, tapi di suatu titik aku mengetahui bahwa dosen yang membuat soal ujian fisika bukanlah dosenku. Aku merasa mungkin tidak terbiasa dengan soal yang akan diujian, jadi aku memilih matematika.
Puji Tuhan ternyata semua pilihan ujianku tepat dan mujizat datang tepat waktu.
That's real life. It's full of choice. Kita tak pernah benar-benar tau apa yang ada di balik pilihan yang kita ambil, tapi tentukan pilihanmu dan berjalanlah dengan tegap di jalanmu. Pastikan dia adalah pilihan yang memang kau pilih, bukan pilihan orang lain, agar kau tau, ketika pilihanmu itu membawamu kepada kesulitan, bahwa kau sendirilah yang memilihnya. Jangan sampai kau menyalahkan orang lain atas keputusanmu, karena ini jalanmu. Kau yang harus memilih.
Every choice has its own consequences. Face it.
No comments:
Post a Comment