Liburan musim panas kemarin kuhabiskan di rumah sakit. Untungnya bukan sebagai pasien.
Aku bikin praktikum (Indonesia: Magang) sebagai perawat di sana. Itu adalah salah satu bagian pendidikan dokter di Jerman. Dalam waktu 4 semester pertama, mahasiswa harus melakukan praktikum sebagai perawat (Pflegepraktikum) di rumah sakit selama total 90 hari. Praktikum ini dalam dibagi ke dalam 2 atau 3 bagian, dimana tiap bagian dilakukan selama minimal 30 hari.
Tapi kan kamu belum jadi mahasiswa kedokteran?
Benaaaar. Tapi itu bisa dilakukan sebelum kita mendaftar kuliah, bahkan disarankan.
Yang menarik adalah, orang yang belum selesai Studienkolleg biasanya nggak bikin praktikum. Aku belum kenal satu orang pun yang masih di Studienkolleg tapi sudah bikin praktikum. Bahkan dosenku pun heran gimana aku bisa bikin praktikum. Mungkin karena itu ada beberapa orang yang bilang sama aku kalo itu nggak mungkin dan lain sebagainya.
Dan jawabanku ke mereka adalah: It's maybe impossible, but not for me.
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." - Filipi 4:13
Semakin mustahil suatu hal (yang ingin kulakukan) di mata orang lain, semakin menarik dia di mataku. Dan aku jelas akan melakukannya. Baiklah, aku tau aku cukup gila.
Hal terburuk yang mungkin kudapatkan dari mencoba melamar sekarang adalah ditolak. Aku nggak suka sih kalo lamaranku ditolak (ya iyalah). Atau mungkin lebih ke arah takut. Tapi aku tau, suatu saat ini harus kulakukan juga dan ketakutan tak boleh menghalangiku. Tuhanku lebih besar.
Saat itu kira-kira 1 bulan sebelum liburan dimulai. Aku tau waktunya cukup mepet, tapi yaudahlah nekad aja haha. Lamaran kukirim ke 4 rumah sakit, dan benar saja, aku langsung terima 3 penolakan (kyaaaa). Karena rumah sakit terakhir nggak kasih kabar, aku telpon lah ke sana. Eh ternyata gatau kenapa lamaranku itu nggak ada, padahal aku anter sendiri ke sana. Yaudah aku bilang aja kalo aku bisa kasih lamaranku lagi ke sana hari itu. Personalnya bilang kalo sebenernya udah kemepetan, karena waktu itu tinggal kurang 7 hari kerja atau gimana gitu. Tapi pada intinya, akhirnya aku dapatkan tempat praktikum di rumah sakit itu pada H-5. H-5 adalah waktu yang sangat tidak mungkin bagi sistem Jerman. Di sini semua terjadwal minimal 1 bulan sebelumnya. Janji di dokter aja kadang dapetnya seminggu kemudian.
Pada tanggal 10 Juli 2017 aku mulai praktikum sebagai perawat di sana. Aku diajari banyak hal. Ngukur tensi, detak jantung, temperatur, EKG, gula darah, nyiapin infus (masukin obat ke infus), masang dan lepas infus di pasien, bahkan nyuntik (subkutal kok, bukan yang didalam pembuluh darah). Aku ikut dokter visit dan liat waktu dia menerima pasien juga. Tapi aku juga bantu anter makanan dan desinfeksi. It was a really really gooood time.
Suster-suster bilang, mereka nggak pernah ijinin praktikan untuk melakukan sebanyak yang aku lakukan, misalnya tentang infus dan suntik. Dan ini yang sangat membuat aku terharu. Mereka bilang mereka bisa percaya sama aku, karena mereka tau bahwa aku mengerti apa yang aku lakukan. Aku cukup terharu sih sebagai orang asing, soalnya aku tau nggak semua suka orang asing. Bahkan ada satu suster yang nggak begitu suka orang asing, tapi dia yang bilang kalo percaya aku. Mereka bilang kalau aku masih kecil banget, tapi herannya bisa percaya.
Yang lebih lagi membuat aku bahagia adalah pasiennya. Pekerjaan yang paling aku seneng di sana adalah dateng ke kamar pasien, kalo mereka mencet bel. FYI ini pekerjaan yang paling tidak disukai perawat. Tapi aku seneng aja gitu, bisa ngobrol-ngobrol sama mereka. Lebih seneng lagi kalo mereka minta "dibebaskan" dari infus, karena aku bisa dengan ceria tanya apa mereka mau "bebas" dan mereka akan lebih ceria lagi menjawabnya.
"80% ketakutan kita tidak pernah terjadi" - Agus Sunoko
Bener banget. Bahkan 100% ketakutanku tak terjadi. Aku takut nggak dapet praktikum trus aku liburan gatau mo ngapain. Pulang juga ga bisa ehehe. Aku takut kalo perawatnya nggak ramah sama aku karena mungkin aku mengganggu, eh ternyata mereka welcome banget responnya. Aku takut kalo nggak dipercaya dan "cuma" disuruh-suruh bawa makanan dll (soalnya aku baca di internet banyak begitu), eh ternyata malah bahagia banget. Aku takut pasien pada nggak suka aku (kalo aku pasien juga takut kalo ditangani praktikan yang sama sekali tak berpengalaman), eh ternyata pada ramaaah banget. Ada yang bilang "kamu boleh masuk sini terus kok, soalnya kalo kamu masuk, kamu pasti ceria." Banyak juga yang tanya aku asalnya dari mana, karena aku ramah. Setiap kali kubilang Indonesia, mereka langsung semacam "Ooooohh.. Pantas." Hihi semoga ekspektasi dan realita mereka tentang Indonesia sesuai.
Aku sangat dikuatkan melalui praktikum ini. Aku benar-benar yakin bahwa tak ada yang mustahil dan Tuhan menyertaiku. Tuhan menyadarkan bahwa aku lebih baik dari yang kupikir. Sebelumnya aku terlalu banyak mengecilkan diriku dan diri-Nya. Dan lebih lagi, aku banyak dikuatkan tentang kedokteran, karena ada beberapa pasien yang bahkan menduga aku udah calon dokter (bentar lagi jadi dokter).
Ini adalah salah satu bagian termanis dalam perjalanan ini, yang sekali lagi mengubah cara pandangku tentang diriku sendiri dan tentang Tuhan. Kalau Dia berkata, Dia menyertaimu, Dia benar-benar serius dengan perkataan-Nya.
Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau." - Yesaya 41:13
Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab Tuhan menyertai dia. - 1 Samuel 18:14
Favor upon you dear ❤❤❤
ReplyDeleteSpread it widerrrr..
Amen. Makasi ciciii :*
Delete