Thursday, 29 June 2017

POHON DI TEPI AIR

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yeremia 17:7)

“Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yeremia 17:8)
Mari kita lihat kebalikannya.
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.” (Yeremia 17:5-6)
Well, aku sudah membuat tabel perbandingan untuk keduanya. Semoga kalian bisa membaca tulisanku XD



Semak Bulus







Tolong ya jangan ketawa liat gambarku yang bagus banget. Dia bertugas mengingatkanku akan ini.

Suatu hari (tepatnya hari ini) aku mendapat nilai 2 di salah satu kelas. Sebagai info, di Jerman ada nilai 1-6. Untuk lulus dibutuhkan nilai 4 dan nilai yang terbaik adalah 1. Untuk kuliah kedokteran dibutuhkan nilai yang katanya sebaiknya perfect alias 1 semua. Aku cukup gemes mendapat nilai 2 hanya karna aku melakukan kesalahan bodoh di ujian pertama. Kesalahan bodoh dan sangat mudah dihindari. Well. 
Setelah itu aku mengerjakan ujian lain. Dan terulang lagi. Soal yang sulit bisa kukerjakan, tapi di soal yang mudah aku melakukan kesalahan lagi. Das geht nicht!
Semakin aku ingin sempurna, semakin aku tak bisa meraihnya.  Aku mau menghindari setiap milimeter kesalahan, tapi yang kulakukan adalah menciptakan kesalahan lain. Aku pikir aku harus melakukan semua dengan sempurna. NO. No one makes no mistake. Aku berpikir aku harus melakukan semua seperti yang kurencanakan untuk mencapai tujuanku.
HEY! Darimana asa mulanya mimpimu? Ide siapa itu sebenarnya?
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)
Di titik itu, saat aku menyadarinya, aku hanya bisa diam. Rekaman di otakku terputar seperti film yang cepat. Semua ini mulanya dari-Nya. Aku tak akan lupa. Dia yang membisikkan setiap rencana liar-Nya: Jerman, dokter, rumah sakit, cancer-center, sekolah.
Dan kupikir aku bisa merealisasikan mimpi-Nya dengan kekuatanku sendiri dan tanpa-Nya?
Dia bisa merealisasikannya tanpaku. Tapi aku? HAHA.
Betapa rendahnya nilai sempurna di kelas jika dibandingkan dengan visi yang Tuhan tanamkan dalam hatiku. Untuk apa aku memasang nilai 1 sebagai tujuanku, ketika tujuanku jauh lebih besar dari itu? Mendapat nilai sempurna dan jadi dokter bukanlah tujuan akhirku. Setidaknya setelah itu masih ada rumah sakit, cancer-center dan sekolah. Entah apakah itu tujuan akhirku atau masih ada lagi setelahnya, tapi yang pasti mendapat nilai sempurna bukanlah hal yang harus kuletakkan di pusat fokusku.
Kabar baiknya adalah, Ia yang telah memulai, adalah yang juga akan bertanggung jawab menyelesaikan. (Read Filipi 1:6)
Adalah baik, bahwa aku terbatas. Jika rencana-Nya terjadi, maka semua akan melihat, bukan Nina yang terbatas yang mengerjakannya, tapi Tuhan yang tak terbatas.

No comments:

Post a Comment