Beberapa hari yang lalu aku mempertanyakan keputusanku untuk berjuang dalam langkah-langkah kuliah ke Jerman. Bagi beberapa orang, alasan dibalik itu sangat tidak masuk akal. Bagiku, alasannya sesimpel “because God said so”.
Karena Tuhan berkata aku harus pergi, maka aku pergi.
Hahaha, sayang sekali ini tak sesimpel kalimat di atas. Tak semudah itu mengatakan “ya Tuhan, aku siap.” Bahkan lebih sulit lagi untuk benar-benar tegak berdiri saat menjalaninya.
Di post post sebelumnya aku pun banyak membahas tentang iman. Begitulah perjalanan iman, tidak begitu saja berhenti setelah mengalami kemenangan. Berjalan dalam iman artinya harus siap untuk meraih kemenangan demi kemenangan. Siap berjuang untuk itu lebih tepatnya. Berani mendengarkan dan meyakini bahwa itu perkataan Tuhan adalah satu kemenangan. Berani mengakan “Ya, aku siap” adalah kemenangan. Berani berbuat instead of hanya mengucap adalah kemenangan lain. Berani melangkahkan kaki untuk pertama kali pun sebuah kemenangan.
Tak ada kemenangan tanpa perjuangan. Tak pernah ada yang semacam itu. Kenapa perjuangan ini tak selesai setelah kemenangan pertama? Perjalanan ini belum selesai, belum sampai finishnya. Di mana finishnya? Kau akan tau ketika kau mendengar Tuhan sendiri berkata, “Well done, anak-Ku. Kau menyelesaikan pertandinganmu dengan baik. Mari pulang.”, dan memelukmu.
Aku masih dalam perjalananku.
Dan aku ingin katakan bahwa ini sulit bagiku. Mungkin bagi beberapa orang di dekatku, aku kuat. Aku berbicara tentang iman dan bagi mereka aku kuat. Aku memang kuat, tetapi Tuhanlah kekuatanku. Aku sendiri? Ha, tak ada sedikit pun kekuatan padaku. Tak ada sedikit pun kemampuan, keberanian, yah semuanya itu.
Aku pun sempat goyah mendengar perkataan-perkataan: “Kedokteran di Jerman? Di Indonesia aja susah.” “Hah? Gilak. Mau lulus kapan? Mau nikah kapan kalo kaya gitu?” “Apa bisa kamu bisa balik dan jadi dokter di Indonesia?” Pertanyaan terakhir itu paling sering menggoyahkanku, lalu mulai bertanya pada Tuhan, “Tuhan, gimana dengan rumah sakit itu? Kenapa kau bilang aku jadi dokter? Kenapa dulu gak bilang di Indonesia aja? Atau jangan-jangan bukan Engkau yang bicara?”
Saat ini kudeklarasikan #SayaTidakMenyesal. Aku tau bahwa saat itu suara Tuhanlah yang kudengar. Aku percaya bahwa meskipun Tuhan satu-satunya yang berkata “YA”, yang kulakukan adalah hal benar. Aku tidak menyesali perjalananku, karena aku tau aku akan mendengar “Well done, My sweet daughter!” Dan yakin 100% Tuhan besertaku. Kenapa aku yakin? Cause He said so.
“Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir jaman.” (Matius 28:20)
Dasar keyakinanku bukan hanya Firman-Nya (meskipun itu cukup), tapi aku pun mengalami penyertaan-Nya. Aku telah melewati beberapa tantangan yang terlihat sangat tidak mungkin bagiku, tapi aku melewatinya bahkan melampaui dan membuatku sendiri terheran. Yeah, we know who did that. Bukan aku. Aku tau bahwa itu bukan aku. Itu Tuhanku yang tak terbatas. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.
Ku katakan pula #NoTurningBack. Inilah yang kupercayai: No turning back is needed. Ketahuilah, Tuhan telah melewati jalan yang akan kau tempuh. Ia pernah ada di sana, memastikan jalannya aman dan memastikan kau akan sanggup melaluinya.
Mengetahui dan mempercayai adalah 2 hal berbeda.
Kau tak akan pernah mengalaminya kalau kau tak percaya, dan tak akan membuktikan kebenarannya kalau kau tak menaati.
Perjalanan bersama Tuhan adalah pengalaman luar biasa yang tiada duanya. Jangan hanya jadi pendengar, hiduplah di dalamnya. Ingin mengalaminya? Dengarkanlah Dia dengan baik. Bagaimana kalau Tuhan tak punya rencana untukku? TIDAK MUNGKIN.
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10)
Kita diciptakan untuk sesuatu. Untuk sebuah tujuan. Selamat berjuang. Aku siap mendengarkan ceritamu.
28 Juni 2016
Dalam perjalanan pulang di atas kereta
No comments:
Post a Comment