Saturday, 7 October 2017

APPRECIATING GOD

Taukah kamu, kalau Tuhan juga ingin diapresiasi? No no no. Dia tidak butuh apresiasi, but look. Kalau kita memberi sesuatu kepada orang yang kita kasihi, pasti sedikit banyak kita ingin melihat bahwa orang tersebut senang dengan pemberian kita. Setidaknya lihat senyumnya dan denger kata terima kasih aja kita dah seneng kan? Trus setelah itu pasti rasanya kita pengen memberi sesuatu lagi dan melihat dia tersenyum lagi seperti itu kan? Nahh.. Dengan Tuhan juga begitu. He looks for your smile.

Denda mengajarkanku tentang hal itu.

Pada suatu hari, aku sedang berada di luar kota, tapi aku membawa tiket semester (untuk kereta) yang salah. Padahal aku harus ganti kereta 3x. It means, kalau ketahuan, aku harus bayar denda 3 x 60 euro. Cukup buat makan sebulan itu. Aku bener-bener berharap ga ketauan sama sekali, tapi di kereta pertama pun aku udah ketahuan. Tapi ternyata cuma dikasih bukti buat bayar sebesar 7 euro. Cuma 7 euro karena setidaknya aku punya tiket semester. Di kereta ke-2 dan ke-3 aku nggak diperiksa. Eh itu harusnya aku udah bersyukur banget sih. Tapi aku biasa aja wkwk.

Beberapa hari sebelumnya aku terima nilai ujian. Ekspektasi sih bisa dapet 1 (nilai maksimal), tapi ternyata dapet 2. Harusnya aku juga bersyukur banget, karena soalnya susah. Sungguh.

Terus yang parah lagi nih ya, ortuku mau ke Eropa karena ada urusan. Secara otomatis pasti ketemu aku kan. Harusnya aku seneng. Tapi aku sebel karena kemungkinan mereka sampai sini waktu aku udah nggak libur dan lagi ada ujian.

Suatu malam aku doa dan ngomong ke Tuhan "Expectation vs Reality" yang sedang kualami. At the moment aku langsung sadar betapa menjengkelkannya diriku. Tuhan mengasihiku, memberi semua yang aku inginkan, dan apa yang kulakukan? Meminta lebih. Kalo orang Jawa bilang "dikei ati ngrogoh rempela."

Malam itu aku sadar aku menyakiti hati Tuhan. I didn't appreciate him. Hari itu aku berbalik dan benar-benar bersyukur saat mengingat semua yang Tuhan beri untukku. And you know what? Setelah semua itu, Dia tetap ada di sana.

It was so good. And then something happened on the next day.

Tiba-tiba mama papa kasih kabar bahwa minggu ini mereka akan sudah tiba di Eropa, dan aku masih punya libur 1 minggu. Whaaaat? How could it be? Aku juga ga ngerti, kenapa tiba-tiba visanya cepet banget jadi. Harusnya 15 hari, eh itu cuma 1 minggu. But I know who did that. Thank you, Jesus.

Sejak saat itu aku mengerti, senyum dan hati yang bersyukur membuat Tuhan semakin ingin membuat anak-anak-Nya tersenyum lagi.

He's looking for your smile and wants to be the reason.

No comments:

Post a Comment