Ternyata seseorang bisa merasa kehilangan dirinya sendiri. And I used to feel that. Selama berhari-hari aku merasa kehilangan diriku sendiri. Rasanya seperti zoombie. Bergerak tapi diam. Tertawa tapi sedih. Ramai tapi sepi. Hidup tapi mati.
Aku tak tau kalau rindu bisa semenyiksa itu. Semua bermula sejak aku ulang tahun. Banyak orang menelponku, dan itu sangat sweet untukku. Tapi aku menangis hampir di semua video-call. Rasanya aneh berulang tahun tanpa ada yang bisa kupeluk cium. I felt so bad.
Aku bahkan melalui ujianku dan mendapatkan hasil yang baik dengan tanpa perasaan. Flat. Seneng tapi biasa aja. Oh. Udah gitu aja. Aku jalan-jalan ke tempat keren, foto-foto, trus yaudah.
Lalu seseorang spesial menelepon dan dia bilang dia kehilanganku. Aku tau.
“Kamu harus lebih jujur nin.” “Sama siapa?” “Sama dirimu sendiri.” BOOM
Benteng pertahananku roboh. Ternyata itu. Ternyata aku sok kuat. Aku bilang pada diriku sendiri dan pada Tuhan kalau aku kuat. Aku merasa hidup sendiri, sehingga aku harus kuat dan unabhängig. Ternyata aku membangun tembok dan tak ingin terlihat lemah. Ternyata itu.
Tuhan memang menyertaiku untuk menang. Tapi menang dalam penyertaan Tuhan. Kalau manusia bisa melakukan segala sesuatu dan nggak punya batasan, manusia nggak nyari Tuhan. Kenapa Daud kecil dan Goliat besar? Agar Daud tau, Daud tidak bisa berperang sendiri melainkan harus bersama Tuhan yang lebih besar dari Goliat.
Kenapa aku harus berusaha jadi sangat kuat kalau yang menyertaiku sudah kuat dan tak terkalahkan? Karena kebodohanku. Aku membangun tembok yang malah menghalangiku dengan Tuhan, ketika seharusnya tak ada yang dapat memisahkanku dari kasih-Nya. Mungkin secara tidak sadar aku ingin bisa melakukan semua sendiri tanpa membutuhkan orang lain, bahkan Tuhan. Mungkin. Well, setelah kupikir-pikir, sepertinya begitu. Und das geht gar nicht. Nggak mungkin bisa. Not working at all. Aku butuh Tuhan dan Dia satu-satunya yang kubutuhkan.
Bodohnya. Tapi karena itu aku tau, aku tak dapat berjalan sendiri. Domba itu bodoh, lemah, dan mudah tersesat, jadi domba nggak akan dibiarin gembalanya untuk jalan sendirian. Kalaupun domba ini berusaha mencari jalan sendiri lalu hilang, sang gembala akan mencari sampai dapat dan menggendongnnya kembali. Seperti itulah yang terjadi.
Well, gembalaku menyertaiku.
Pencuri datang untuk mencuri, membunuh, dan membinasakan. Pencuri berusaha mencuri kebahagiaanku, membunuh kedamaianku dan membinasakan imanku. Tapi Gembala yang baik memberikan nyawa-Nya bagi domba-dombanya. Ia memberikan apapun, bahkan nyawa-Nya, untuk mendapatkanku kembali. Seperti itu juga dia padamu.
No comments:
Post a Comment